Kepada Masda

Diunggah di Facebook, 17 April 2024

Hati saya bergetar ketika seorang dosen memberi ‘pidato’ kecil-kecilan seputar jihad pendidikan dan bagaimana seharusnya kami menghadirkan kebanggaan untuk orang tua dengan jalan itu.

“Apa kalian tidak mau membawa Ayah dan Ibu kalian duduk di barisan paling depan, bersama para Profesor dan petinggi akademik dan puluhan yang terbaik saat momen wisuda.”

Sejak itu saya memancangkan niat untuk lulus kurang dari 4 tahun. Dan masuk akal kalau saya lulus dengan predikat wisudawan termuda. Kurang beberapa bulan genap 20 tahun.

Kesempatan ada digenggaman. Tapi itu lewat begitu saja, antara lain sebab saya terlena dengan pekerjaan sebagai redaktur di sebuah website sepak bola.

Taruhannya sudah saya bayar di belakang; masa studi melar sampai dengan 6 tahun — 2 semester mengambil cuti. Alhasil tak ada selempang cumplaude walau IPK saya tak buruk-buruk amat. 3,65.

Beberapa hal di atas, yang saya rencanakan di tempurung kepala kecil ini, cuma jadi uapan. Tak masalah.

Saya berhutang terima kasih pada Masda karena beberapa hal yang gagal saya lakukan pada takdirnya ditunaikan olehnya.

Adik perempuan pertama saya ini lulus dari UIN Raden Fatah — kampus di mana saya ditolak — dengan cepat. Gelar S.Sos dibelakang nama Fitri Handayani Darma diraihnya dalam 3 tahun 3 bulan. IPK nya 3,79. Magna cumplaude. TOP.

Saat yudisium Mama dan Papa saya yang lulusan SMP dan SMA dibuat bungah dan tidak perlu mengipas-ngipasi diri karena gerah berada di belakang.

Sepasang kekasih yang hari-hari menderes batang pohon karet itu duduk di bangku depan; mereka setara dengan orang tua dari sarjanawan lainnya yang punya status pendidikan lebih tinggi.

Saya sedih sebab tak bisa datang langsung di hari wisuda gadis manis kebanggaan kami itu.

Kepada Masda saya cuma bisa kirimkan pesan teks dan biarlah saya salin tanpa mengurangi sedikitpun, di bawah ini;

Masda, sebagaimana Mama, Papa, Akas, Umbai, adek-adek yang lainnya, Kyay Bara ikut bangga dan bahagia, penuh syukur atas gelar sarjanamu.

Wisudamu yang sebenarnya bukan cuma perayaan sebatas ini be. Masih banyak pencapaian besar lainnya menanti. Terbiasalah dengan kegagalan.

Karena keberhasilan, kesuksesan, hal-hal besar datang dari cara kita mengelola serangkaian kegagalan. Itulah yang disebut proses. Enjoy the moment. Menangis sewajarnya. Jangan larut dengan perasaan.

Masda, bersyukurlah sebab kito biso sampe di titik ini.

Kyay selalu berdoa selepas mengantongi gelar sarjana ini, jadi pemicu untuk kito biso berbuat lebih.

In Shaa Allah adek² yang lain menyusul. Kito ikhtiarkan dan dukung dan beri kepercayaan apo yang jadi cita-cita mereka. Terus saling mendoakan.

In Shaa Allah, semua dari kito sekeluarga diberkahi umur dan usia yang panjang untuk menebar aroma wangi bagi sekitar.

Masda, teruslah belajar sepanjang hayat. Halau rasa malas, mudah menyerah, gengsi dan sombong. Tetap berprasangka baik pada takdir indah yang disiapkan Allah. Jemput dengan sebaik-baiknya usaha.

Masda, tetap rendah hati dan jangan pernah pandang orang lain dengan kaca mata remeh. Bergaulah dan mendekat pada yang membawa manfaat.

Sekali lagi, selamat. Kyay bangga🤜🤛

Peluk dan doa dari Kyay 🫂❤️‍🔥

Tabik!

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *