#puisigie

Air Putih dan Hidup yang Kadang Hambar

Diluar Cold Nitro atau jenis minuman lainnya, saya tak yakin apakah orang-orang di meja tongkrongan menyadari kalau selalu ada air putih yang saya bawa dengan tumbler atau pesan di kasir. Saat memesan makanan, apapun yang sedang saya santap, saya selalu memesan air putih hangat. Tidak pernah tidak.  Bagaimana kebiasaan sehat ini bermula? Entahlah. Mungkin karena […]

Air Putih dan Hidup yang Kadang Hambar Read More »

Ensiklopedia Asam: Catatan dari Lidah yang Tidak Suka Dibohongi

Saya tak ingat persis kapan pertama kali mencicipi rasa asam.  Mungkin saat masih kecil, ketika masa kanak-kanak membawa kami berlarian ke tempat-tempat yang entah, dan di sanalah kami menemukan buah ceremai yang belum waktunya dipetik. Atau saat jeda permainan petak umpet, ketika saya memungut Tamarindus indica, asam jawa milik tetangga yang begitu rimbun hingga buahnya

Ensiklopedia Asam: Catatan dari Lidah yang Tidak Suka Dibohongi Read More »

Suara-suara yang Menyerupai Kita

Aku menyusun kenangan seperti batu bata.tapi rumah itu selalu robohsetiap kali kau diam lebih dari tiga hari. Kau membangun rumah di telapak tanganku, lalu marah saat aku genggam terlalu erat. bagaimana jika aku hanya ingin tempat berteduh tanpa merasa dipenjara? ** Aku hanya ingin kau tinggal,bukan terjebak. Tinggal dan terjebakkadang hanya dibedakanoleh kata yang tidak

Suara-suara yang Menyerupai Kita Read More »

Kepada Cinta yang Berulang Tahun

hari lepas hariaku menjahit waktu,menenunnya hingga fajar betul-betul merah—membakar sepi yang enggan padam. hari lepas hariaku memunguti tanggal-tanggal pentingyang gugur di kalender,dan Mei menampakkan wajahnya,bulat, bulat,seolah ingin diingat. hari lepas hariaku membaca jarak yang membentang,seperti kalimat-kalimat tak selesai,memisahkan kotadari kotadan rindudari tiba. ⋯ hari lepas harientah berapa yang lahir,mati, tumbuh, atau tenggelam—namun hanya segelintir yang

Kepada Cinta yang Berulang Tahun Read More »

Menu Malam yang Merenung

16 potong lontong putihberbaris seperti anak-anak yang belum tidur,menunggu dongeng terakhirsebelum dibungkus kantuk dan kenyataan esok hari 8 tempe rebus,setengah tenggelam di kuah manis-gurihseolah ingin hilang dari duniatapi tetap ingin dikenal sebagai lauk yang jujur 6 tusuk sate—3 gajih, 3 daging sapi,berdebat diam-diamtentang mana yang lebih layak disebut kenikmatandan mana yang hanya lemak dari penyangkalan

Menu Malam yang Merenung Read More »

Selamat Pulih

aku menampung kesedihanyang menghasilkan hujan di pelupuk mata menampungnya dalam gelas retak— air yang mengalirpelan-pelan luber, tapi tak pernah penuh aku menggulungi diri dalam kecemasandalam selimut usia dua puluh limayang mulai terasa kekecilanuntuk menutup semua lara pameran masa lalu aku menunggu getir ini redaseperti halnya menunggu lampu hijaudi simpang kota yang tak menuliskan namamu lagi

Selamat Pulih Read More »

Mei Seharusnya Sebuah Puisi

Mei seharusnya sebuah puisi tapi tak ada kau di sinihanya aku dan diam yang berdenting Di gunung Sipikul inilampu bertengger di jendela kepalakulalu datang suaramupada waktu yang lampau Ingatkah kau pernah berucap: Akan ada hari dimana kitahanya kitakau dan akumendirikan kemahdi sebuah gunungtanpa ada siapapun Hari di mana anginmenyapu gersang tanahdan hijau pohon-pohon Mungkin di

Mei Seharusnya Sebuah Puisi Read More »

Kepada Cinta yang Berulang Tahun

Sumber ilustrasi : ebayimg.com //1// hari lepas hari aku menjahit waktu, menenunnya hingga fajar benar-benar merah hari lepas hari aku sedang memungut tanggal-tanggal penting dan Januari menampakkan wajahnya bulat-bulat hari lepas hari aku membaca jarak yang membentang dan memisahkan kota //2// hari lepas hari entah berapa yang lahir mati atau tumbuh atau tenggelam tetapi hanya

Kepada Cinta yang Berulang Tahun Read More »