Apa Masih Mau Menjadi PNS ?

Terbit di Kalimahsada, 24 April 2020

Pekerjaan di sektor swasta memang berlimpah,  tapi  bagi sebagian orang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jauh lebih menggoda. Jika kita berkunjung ke laman www.bkn.go.id akan kita temui data berupa statistik Per Juni 2019, jumlah PNS yang dimiliki Indonesia terhitung sekitar 4 setengah Juta lebih. Mereka tersebar di seluruh daerah, instansi dan jenjang karier, dari latar dan status pendidikan yang berbeda-beda pula.

Data itu akan segera berubah, dan mungkin saja akan bertambah banyak jumlahnya mengingat jatah untuk PNS tahun ini dikasih lebih lebih banyak. Tak dapat dipungkiri di negeri yang mengharuskan cinta pada tanah air ini, profesi sebagai abdi negara alias PNS memang masih menjadi primadona.

Seleksi penerimaan bakal Calon Pegawai Negri Sipil (CPNS) untuk semua bidang Kementerian resmi dibuka pada, 11 November 2019 yang lalu. Dari jumlah 4,5 Juta pendaftar, tahun ini  pemerintah pusat membuka lowongan sebanyak 37.425 formasi, sedangkan untuk pemerintah daerah tersedia lowongan 11.861 formasi.

Sebuah angka yang boleh dibilang sangat tinggi dengan daya saing sangat ketat. Bila dibuat skema perbandingan diterima dan tidaknya maka itu sama dengan angka 1:40 orang.

Meski bersifat fluktuatif jumlah pendaftar CPNS tak pernah betul-betul surut. Data di atas menunjukan peminat PNS tidak pernah sepi alias selalu ramai. Kendati tidak semua orang dapat mendaftarkan diri. Selain jenjang pendidikan dan keahlian setiap instansi di mana menetapkan batas usia minimal dan syarat yang berbeda-beda untuk CPNS.

Namun, secara umum Badan Kepegawaian Negara (BKN) menetapkan batas usia CPNS 2019 adalah pada interval usia 18-35 tahun. 

Jika kita merujuk pada teori pembagian generasi yang dikemukakan oleh Graeme Codrington & Sue-Grante Marshall, rentang usia 18-35 tahun dapat diklasifikasikan lebih banyak ke generasi Y. Nama lain dari generasi ini adalah “generasi millenial”.

Itu artinya, pos-pos instansi dan kelembagaan PNS apapun jenis dan bidangnya nantinya akan diisi oleh anak-anak muda, generasi millenial.

Daya Tarik Menjadi PNS

Lalu pertanyaannya, apa gerangan yang menyebabkan besarnya ketertarikan orang-orang terhadap sebuah profesi bernama PNS? Bahkan sampai berulang kali mencoba, dan kadang miris, tak sedikit kita mendengar dan menyaksikan ada yang sampai menempuh cara-cara ganjil dan curang. Meminta bantuan dukun, menggunakan jasa orang dalam dan lain-lain semisalnya.

Di Indonesia agaknya secara sosio-kultural menjadi PNS adalah sebuah prestise tersendiri.  Ukuran sosial untuk dikatakan sukses. Satu di antara yang paling populer di masyrakat kita adalah dengan menjadi PNS.

Bagi sebagain anak muda generasi millenial, dengan menjadi PNS seketika akan mengangkat harkat dan martabat di depan komunitas sosial. Lebih-lebih di mata calon mertua. Keinginan itu, kalanya juga datang dari dorongan orang tua sendiri. 

Lagi pula orang tua mana yang tak ingin anaknya berseragam Korpri.  Mungkin ada yang tidak demikian, tapi saya yakin presentasenya bisa dikatakan sedikit. Daripada menjadi pengangguran, lebih baik bertaruh, mencoba peruntungan. Itulah mind set yang telah lama mengakar. 

PNS dan Buruknya Pelayanan Publik

Pada satu sisi menjadi PNS siapa yang tak tergiur; gaji tetap, ditambah tunjangan kinerja, tunjangan profesi dan banyak ragam tunjangan lain. Mendaftarkan diri menjadi PNS akan memperpanjang kemungkinan untuk bisa hidup tanpa cemas akan bayang-bayang masa depan yang suram dan penuh ketidakpasian. Setidaknya mengenai gaji pensiun.

Di lain sisi, dunia PNS adalah dunia yang sarat dengan persoalan. Pelayanan yang buruk, pegawai yang tidak ramah, birokrasi yang berbelit, dan setumpuk tata kelola lainnya yang mencerminkan belum maksimalnya kinerja PNS. Ini bukan hanya asumsi belaka, berangkat dari pengalaman empiris penulis dan juga mungkin Anda pernah mengalamaninya.

Hal tersebut, semakin diperkuat oleh pernyataan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) mengungkapkan ada 30% atau sekitar 1,35 juta PNS yang kinerjanya tergolong buruk. Terutama terkait ramah pelayanan. (dikutip dari okezone.com).

Maka Balik lagi ke anak muda tadi. Mau tidak anak muda menjadi PNS? Setidaknya perlu mengambil peran untuk melakukan reformasi akhlak. Setiap dari kita, anak muda generasi yang disebut-sebut millenial ini punya jalan hidup masing-masing. Tapi Arah sangat diperlukan.

Yang ingin menjalani hidup sebagai seorang ASN lewat PNS silahkan. Tapi yang harus ada dari kita adalah komitmen untuk tebar kebermanfaatan. Jadi apapun, profesi apa saja. Anak muda harus ambil peran. Bukan memberikan beban kepada publik. Bukan hanya sebatas kerja tapi kemanfaatan. 

Reformasi Birokrasi

Kedepan PNS harus diisi dan mungkin akan sangat membutuhkan anak muda dengan cara berpikir yang kekinian yang senafas dengan zaman.  Semata-mata untuk penyederhanaan birokrasi tapi lebih pada esensi dan kemanfaatan. 

PNS bukan pekerjaan santai, Anda anak muda, generasi millenial. Jika berpikir PNS hanya duduk-duduk manis, Anda salah kamar. Di berbagai sektor dan pos-pos kementrian yang Anda tuju, berikanlah sumbangsih berupa ide-ide cemerlang, kreatif, inovatif dan mungkin “agak gila”, yang konstruktif-khas anak muda.

Gantilah pelayanan yang menyebalkan itu, “usir” pikiran tua yang berbelit dan konservatif dari ruang kerja. Bantulah negara ini mengurusi masyarakat dengan baik, ramah, menyenangkan dan profesional. Agar reformasi birokrasi yang digaungkan semenjak satu dekade yang lalu, lekas berjalan dengan baik dan sesuai khittah yang diperjuangkan oleh generasi-generasi terdahulu. 

Tabik!!

Bagikan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *